Bantuan Berujung Profit: Sejarah Kelam USAID (Tulisan Satu)
Bendera USAID.-DOK.USAID-
Kantor Bechtel di Houston
Sebenarnya saat USAID 'melakukan prakualifikasi' Bechtel untuk membangun kembali Irak, ketidakmampuan perusahaan itu dalam melaksanakan proyek privatisasi di negara-negara berkembang sudah diketahui luas.
Misalnya pada 1990-an, Bechtel merupakan salah satu perusahaan yang mendirikan perusahaan listrik (dengan bantuan jaminan pinjaman dari pemerintah AS) untuk memprivatisasi energi di Maharashtra, India.
Perusahaan itu langsung terperosok dalam kontroversi seputar pelanggaran hak asasi manusia, korupsi, dan potensi perusakan lingkungan. Pemerintah Maharashtra akhirnya menyadari bahwa listrik yang diproduksi Bechtel sangat mahal sehingga lebih murah untuk membayar biaya tetap tahunan sebesar US$220 juta untuk memelihara pembangkit listrik, daripada membeli dari pembangkit listrik Bechtel.
Hal serupa terjadi di Bolivia pada 1999, Bechtel menandatangani perjanjian dengan diktator Hugo Banzer, untuk privatisasi air di kota Cochabamba. Segera setelah itu, Bechtel menaikkan harga air sehingga warga Bolivia yang berpenghasilan US$100 per bulan harus membayar biaya bulanan sebesar USD20 untuk membeli air, yang menyebabkan serangkaian protes di Cochabamba, sampai-sampai Bechtel merasa terkepung. Pemerintah akhirnya membalikan proses privatisasi. Bechtel meninggalkan kedua proyek itu dan menggugat pemerintah India serta Bolivia atas hangusnya keuntungan mereka. (Bersambung) (Igor Rangga)
Sumber: