Bantuan Berujung Profit: Sejarah Kelam USAID (Tulisan Dua)

Bantuan Berujung Profit: Sejarah Kelam USAID (Tulisan Dua)

Bendera USAID.-DOK.USAID-

JURNALISID.COM --- United States Agency for International Development (USAID) dan keterlibatannya dalam sektor swasta merupakan proyek bipartisan. Jika pemerintahan Bush meresmikan keterlibatan sektor swasta dalam pembangunan luar negeri melalui GDA dan DCA, maka pemerintahan Obama-lah yang benar-benar menjadikan keterlibatan tersebut dalam skala besar. 

Pada 2016, mantan pegawai USAID yang mengawasi prakarsa GDA di bawah Bush menyatakan bahwa 'kemitraan publik-swasta bukanlah konsep Partai Republik atau Demokrat'. Ia didampingi perwakilan dari Coca-Cola dan USAID sebagai 'saksi' saat menyampaikan pernyataan tersebut.

Eric Postel mulai bekerja di USAID pada masa pemerintahan Obama setelah bekerja 25 tahun di sektor swasta. Postel menggambarkan keterlibatan sektor swasta sebagai berikut:

Versi 1.0: pada 1990-an, AS membangun lingkungan yang mendukung sektor swasta di Eropa Timur dan bekas Uni Soviet.

Versi 2.0: pada awal 2000-an, misi ini diperluas melalui kemitraan setingkat proyek, yaitu kemitraan publik-swasta (KPS) dan DCA.

Versi 3.0: di bawah pemerintahan Obama, aliansi strategis dibangun dengan sektor swasta agar berfungsi dalam skala tahunan dan multipemerintahan.

Contoh terbesar jenis program yang diawasi pemerintahan Obama adalah program Power Africa dan New Alliance for Food Security and Nutrition. Keduanya merupakan aliansi multinasional dan multiorganisasi yang dipimpin USAID, mereka membantu membukakan pintu bagi perusahaan swasta agar memasuki sektor energi dan agribisnis di negara-negara berkembang, khususnya Afrika.

Semakin besarnya ketergantungan USAID terhadap mitra sektor swasta (dan permasalahan yang menyertainya) dapat diilustrasikan lewat kemitraan mereka dengan DuPont. DuPont, sebuah perusahaan pertanian raksasa, adalah mitra paling setia USAID. 

Perusahaan itu merupakan bagian dari apa yang dulu disebut sebagai 'Enam Besar' (Big Six) yang terdiri dari perusahaan-perusahaan pestisida dan transgenik. 

Meski demikian, merger yang terjadi baru-baru ini membuat Enam Besar sedang dalam perjalanannya menjadi Empat Besar, bahkan mungkin Tiga Besar. DuPont, seperti perusahaan agro-raksasa lainnya, juga menjadi salah satu perusahaan paling berbahaya di dunia. 

Sejarah kelam mereka termasuk pembuatan bubuk mesiu di Perang Dunia I, bom atom di Perang Dunia II, dan Agent Orange di Perang Vietnam. Mereka sangat terlibat dalam menggolkan undang-undang modifikasi genetik organisme (GMO), serta mematenkan benih secara paksa sampai-sampai merugikan petani.

DuPont juga dikaitkan dengan pestisida yang disebut klorpirifos. Pestisida itu menyebabkan kerusakan otak pada anak-anak. Klorpirifos masuk radar Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) setidaknya sejak 1995, namun baru pada 2020 DuPont akhirnya mengumumkan berhenti memproduksi klorpirifos dengan alasan kurangnya permintaan. 

Terlepas dari masa lalunya yang runyam dan berbahaya—serta upaya berkelanjutan mereka yang bertentangan dengan penghidupan, kesehatan, dan keluarga petani—DuPont tetap menerima kontrak program ketahanan pangan global terbesar yang dipimpin USAID. Program itu disebut Feed the Future (FTF).

FTF diluncurkan pada 2010 sebagai bagian dari program New Alliance for Food Security and Nutrition, yang bertujuan untuk mengakhiri kelaparan, kemiskinan, dan malnutrisi global. Pada 2013 di bawah FTF, DuPont, USAID, dan pemerintah Ethiopia menjalin kemitraan dalam pengembangan pertanian dan ketahanan pangan di negara tersebut (yang masih berlanjut sampai sekarang). 

Sumber: