Bantuan Berujung Profit: Sejarah Kelam USAID (Tulisan Satu)
Bendera USAID.-DOK.USAID-
JURNALISID.COM --- Bayangkan, negara miskin X sedang memulihkan diri dari perang berkepanjangan sembari berjuang memenuhi kebutuhan dasar warganya. Negara kaya Y mengambil tindakan dan menawarkan bantuan kepada X. Bukan hanya etis, tapi juga merupakan langkah politik cerdas: membantu menyeimbangkan kawasan dan meningkatkan hubungan antara X dan Y.
Sejauh ini kedengarannya baik. Namun bagaimana jika negara Y membantu negara X dengan cara menggandeng perusahaan-perusahaan besar dunia untuk 'membangun' negeri yang sedang dilanda perang ini?
Sebagai imbalan atas kebaikan hati perusahaan-perusahaan tadi, negara Y menggunakan kekuasaannya untuk menghilangkan seluruh hambatan yang mungkin dihadapi perusahaan mereka dalam melakukan bisnis di negara X. Dengan demikian, mereka bebas berbisnis sesuka hati sampai-sampai mengeruk seluruh kekayaan negara X termasuk kekayaan alamnya.
Negara Y bahkan mengesampingkan praktik-praktik berkelanjutan meski sering didera kritik. Di saat yang sama, negara X terus berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar warganya—hanya sekarang, X memiliki beban ganda: berhutang budi kepada negara Y dan perusahaan-perusahaan besar itu.
Mulai terdengar sedikit tidak etis? Anda mungkin juga bertanya-tanya, siapa sebenarnya yang membantu dan siapa yang dibantu dalam hal ini. Kedengarannya memang gila, namun inilah cetak biru bantuan luar negeri AS.
Mantan Presiden Amerika Serikat Harry Truman.-DOK.WIKIPEDIA-
Harry Truman
Sejarah bantuan luar negeri Amerika Serikat diawali lewat Marshall Plan dan Point Four Program. Marshall Plan yang disahkan pada 1948, merupakan prakarsa bantuan luar negeri bertujuan untuk membangun kembali Eropa Barat setelah Perang Dunia II.
Bantuan itu membuka jalur investasi sektor swasta AS dalam skala besar, menghilangkan hambatan perdagangan serta membuka pasar Eropa bagi barang-barang AS.
Setelah itu, Presiden Harry Truman mengusulkan dibentuknya program bantuan pembangunan internasional pada 1949, yang disebut Point Four Program.
Program ini memiliki dua tujuan: (1) Menciptakan pasar bagi AS lewat pengentasan kemiskinan selain meningkatkan produksi di negara-negara berkembang; (2) Mengurangi ancaman komunisme lewat bantuan kapitalisme di negara-negara berkembang.
Sebagai catatan, 'pengentasan kemiskinan' dan 'bantuan' adalah produk sampingan dari tujuan sebenarnya.
Tak lama, program-program ini berubah menjadi entitas yang lebih besar dan permanen: United States Agency for International Development (USAID). Dibentuk pada 3 November 1961, USAID menjadi satu-satunya lembaga negara yang 'bertanggung jawab atas pembangunan ekonomi luar negeri' di seluruh dunia.
John F Kennedy yang mengawasi perubahan itu, menggambarkan kelahiran USAID kepada Kongres sebagai sebuah kewajiban. Kennedy menjelaskan tiga kewajiban utama USAID, yaitu kewajiban moral sebagai 'pemimpin paling bijaksana' atas segala bangsa, kewajiban ekonomi sebagai 'bangsa terkaya di antara bangsa-bangsa termiskin',dan kewajiban politik sebagai 'satu-satunya perlawanan terbesar atas segala musuh'.
Sumber: