Bantuan Berujung Profit: Sejarah Kelam USAID (Tulisan Dua)
Bendera USAID.-DOK.USAID-
Melalui kemitraan ini DuPont mendirikan pabrik, gudang, serta mendistribusikan benih kepada para petani di Ethiopia. Sejak itu juga, DuPont telah menyelesaikan ribuan tuntutan hukum atas bahan kimia (asam perfluorooctanoic, kadang disebut PFOA atau C8) yang digunakan untuk membuat Teflon.
Asam itu dikaitkan dengan dampak buruk terhadap kesehatan manusia dan hewan, baik di AS maupun negara-negara lain. Namun litigasi ini tidak memengaruhi kesesuaian DuPont untuk bermitra dengan USAID. Sebaliknya, DuPont diberikan lahan bermain yang lebih luas.
Kemitraan seperti FTF semakin membantu DuPont memasuki pasar pertanian Afrika sekaligus mengonsolidasikan kendalinya atas pasar benih global. Kendali tersebut berimplikasi sangat besar karena konsolidasi korporasi pasar pertanian mematikan potensi persaingan lokal di negara-negara sekitarnya.
Setelah DuPont merger dengan beberapa industri pertanian, 70 % agrokimia dan lebih dari 60 % benih komersial di seluruh dunia dikendalikan oleh hanya tiga perusahaan.
Saat ini kita memiliki cukup bukti yang menunjukkan dampak ekologis dari model industri pertanian seperti itu. Konsekuensinya seperti perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan ancaman terhadap ketahanan pangan jangka panjang.
DuPont telah menjadi yang terdepan dalam model industri seperti ini, dan kemitraan mereka dengan USAID membantu perusahaan tersebut untuk melestarikan modelnya, yang justru mengancam ketahanan pangan global yang seharusnya dilindungi.
Dalam beberapa tahun terakhir, USAID mulai dihadapkan dengan teka-teki: mereka seharusnya membantu membentuk dunia yang tak lagi membutuhkan bantuan asing, namun malah semakin jauh dari tujuan 1961.
Badan itu mengubah kebijakannya. USAID beroperasi seperti layaknya kontraktor sektor swasta di tahun-tahun awal, namun perlahan mulai menjadikan dirinya sebagai mitra junior sektor swasta.
USAID menyandingkan slogan 'Perjalanan Menuju Kemandirian' kepada negara-negara tuan rumah, dengan meminjam visi awal Kennedy ketika ia berbicara tentang transisi negara-negara berkembang menjadi 'negara-negara mandiri'.
Namun kemandirian yang kini diupayakan USAID didasarkan pada penyerahan tanggung jawab, jaringan, kontrak, dan peluang kepada perusahaan-perusahaan besar. Intinya, menggantikan satu jenis ketergantungan dengan ketergantungan lain.
Kemandirian menjadi mantra bagi USAID dan keterlibatannya dalam sektor swasta. Keterlibatan Sektor Swasta (PSE) adalah alat utama yang diklaim dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam Kebijakan Keterlibatan Sektor Swasta yang baru misalnya, administrator USAID dengan antusias menyatakan bahwa masa depan pembangunan internasional didukung oleh perusahaan swasta.
Kebijakan PSE sudah seharusnya membantu USAID mencapai dua tujuan: (1) mengakhiri bantuan luar negeri (alias kemandirian); dan (2) menciptakan peluang bisnis bagi Amerika. Kebijakan itu membuat keterlibatan sektor swasta sebagai prinsip utama model operasi USAID.
Di satu sisi, pemerintah mengalihkan dana dan tanggung jawabnya kepada perusahaan swasta. Di sisi lain, mereka menyederhanakan proses komunikasi dan pengadaan usaha menjadi senyaman mungkin agar perusahaan mau turut serta.
Sumber: