Jejak Betawi dalam Goresan Lukisan Sarnadi Adam, Kental Suasana Kehidupan Jakarta

Jejak Betawi dalam Goresan Lukisan Sarnadi Adam, Kental Suasana Kehidupan Jakarta

Pelukis asal Betawi Sarnadi Adam memamerkan puluhan karyanya.-Istimewa-

JurnalisID - T-Space yang berlokasi di Bintaro Sektor 9, Tangerang Selatan, tampak berbeda dari biasanya. Tempat community building itu kini dihiasi pameran lukisan karya pelukis maestro Betawi Sarnadi Adam.

Pameran yang berlangsung sejak 10 Juli hingga 25 Agustus 2024 ini mengusung tema 'Dari Betawi untuk Jakarta' dengan memamerkan sebanyak 22 lukisan. Walhasil, masyarakat, pengunjung, hingga penikmat seni diajak bernostalgia melihat Betawi dalam bingkai lukisan.

Deretan lukisan pelukis berusia 68 tahun yang dihadirkan dalam pameran merupakan karya-karya seninya yang ia buat selama ini. Lukisan yang dipamerkan berjumlah 22 buah dan dipajang di dinding T-Space milik penyanyi Tompi.

Saat ditemui oleh Forum Jurnalis Betawi (FJB), Minggu (25/8), Sarnadi menyampaikan bahwa karya lukisannya itu terinspirasi dan selalu fokus berasal dari kehidupan berkesenian dan kebudayaan masyarakat Betawi.

Goresan tangan karya sang maestro asli Betawi ini tidak pernah melepaskan budaya masyarakat Jakarta dalam setiap karyanya. Nuansa dalam setiap lukisan yang dihadirkannya itu menampilkan suasana Jakarta tempo dulu.

"Lukisan-lukisan dalam kanvas ini kebanyakan objek perempuan. Semua karya ini terinspirasi ketika saya masih remaja atau anak-anak sehingga kenangan itu membekas dengan situasi Jakarta yang sudah sangat berbeda seperti sekarang," tuturnya.

Lebih jauh Sarnadi menjelaskan bahwa dirinya selalu menonjolkan warna-warna cerah dan menarik perhatian yang banyak didominasi warna kuning, merah, dan hijau dalam setiap karya lukisannya.

Misalnya lukisan Palang Pintu bersama para ulama dengan latar belakang hijau pepohonan. Ada juga lukisan dialog para penari wanita di antaranya penari Cokek Betawi hingga ondel-ondel yang menjadi ikon Jakarta.

Begitu juga lukisan tentang kehidupan perjalanan seseorang yang jadi penari dengan refleksi gaya hidup mengubah gaya berpakaiannya. Lalu ada lukisan kehidupan para perempuan berhijab yang tampak sedang kondangan, dilatari rindangnya pepohonan sebagai suasana perkampungan.

Saat ditanya mengenai lukisan mana yang paling disukai dan memiliki harga jual tertinggi, maestro yang mulai berkarya sejak 1975 itu mengungkap bahwa lukisan palang pintu merupakan yang termahal dipamerkan saat ini.

"Lukisan paling mahal itu ada di atas yakni Palang Pintu bernilai Rp100 juta. Nilai tersebut karena sulitnya proses gagasan, proses dasarnya. Jadi bukan dari ukuran juga dari lamanya melukis," beber seniman asli Betawi tersebut.

Dengan imajinasi dan kreasinya di kanvas, dirinya menginginkan seni dan budaya Betawi tetap eksis meski Jakarta semakin berkembang menjadi salah satu kota global dengan kehidupan modern. Terlebih lagi akan menjadi DKJ (Daerah Khusus Jakarta).

"Maka dari itu, untuk mengembangkan dan menjaga keeksisan seni dan budaya Betawi, khususnya melukis, kami melakukan workshop ke anak-anak berbakat dan mereka antusias karena merasa dijadikan seorang Betawi. Ini jugasupaya budaya Betawi jadi core-nya Jakarta," pungkasnya.


--

Sumber: