Sarasehan di Perkampungan Budaya Betawi Menyambut Jakarta Jadi Kota Global

Sarasehan di Perkampungan Budaya Betawi Menyambut Jakarta Jadi Kota Global

Sarasehan yang diselenggarakan Lembaga Kebudayaan Betawi.-Istimewa-

"Kami berharap agar warga di sekitar ini juga merasa memiliki kampung Betawi ini dan mendapat manfaat dari keberadaan kampung budaya ini," katanya.

Baca juga: Jejak Betawi dalam Goresan Lukisan Sarnadi Adam, Kental Suasana Kehidupan Jakarta

Merespons pada perkembangan terkini, setelah Jakarta tak lagi menjadi ibu kota, Kampung Betawi dan Setu Babakan siap menjadi ikon global, dengan menawarkan gagasan; menyelenggarakan festival budaya sebagai agenda tahunan, meningkatkan diplomasi budaya dan kolaborasi dengan seniman internasional, serta terus ‘branding’ masyarakat Betawi sebagai masyarakat terbuka dan kaya akan keberagaman.

Menyadari perkembangan teknologi informasi yang efektif dan fungsional, Beky berharap Situs Perkambungan Betawi juga bisa dihadirkan secara virtual. "Supaya bisa dilihat oleh mereka yang tidak bisa datang ke sini. Ada semacam tour virtual budaya Betawi. Sarana ada, pelaku ada, tinggal action," paparnya.

Pembicara kedua Daisy Radnawati, pakar arsitektur lanskap dari ISTN, menyatakan terjadi disrupsi luar biasa dalam perkembangan budaya, tak hanya Betawi melainkan juga seluruh budaya tradisional di dunia global.

"Rasanya perlu diselenggarakan seminar international tentang Budaya Betawi – fokus membahas budaya Betawi. Pengaruh budaya Tionghoa,  Arab yang berbaur menjadi Betawi seperti apa nantinya," katanya.

Wakil Rektor ISTN ini menyebut tantangan semua pihak terkait, bagaimana menjaga keseimbangan modernisasi dan menjaga tradisi. "Saya dibesarkan di Betawi, lahir dan besar di wilayah Betawi. Dulu ada tradisi warga bareng ke mushala. Sekarang, warga jalan bareng masih ada tapi sudah bukan ke musala," kenangnya. 

Daisy mengaku telah membuat buku 'Peran Batik dalam Pelestarian Budaya' dan menawarkan desain yang menghadirkan elemen budaya Betawi di berbagai perabotan rumah, sebagai karya kreasi dan modifikasi, tanpa melanggar nilai budaya dan simbol sakral di dalamnya.

Sependapat dengan Beky, Daisy menyatakan perlunya memanfaatkan dan belajar dengan AI dan dunia digital untuk mempromosikan Budaya Betawi ke kancah global. "Saya sudah coba, bikin lagu pakai AI satu menit bisa. Yang penting prompt-nya sesuai dengan khas Betawi," katanya. (Atn)

 

Sumber: lembaga kebudayaan betawi