JURNALISID.COM --- Para menteri dan perwakilan senior dari enam negara anggota Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) berkumpul di Dili, Timor-Leste, untuk Pertemuan Tingkat Menteri ke-9 (MM-9).
Pertemuan ini bertujuan memajukan pengelolaan berkelanjutan sumber daya laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil. Diselenggarakan oleh Timor-Leste, pertemuan ini membahas tantangan regional yang mendesak, termasuk penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur (IUU Fishing), perubahan iklim, serta polusi plastik.
Pertemuan ini secara resmi dibuka oleh Marcos Da Cruz, Menteri Pertanian, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Timor-Leste, yang menekankan pentingnya kolaborasi lintas negara dan komitmen untuk melindungi kekayaan alam kawasan.
"Sebagai menteri, kita tidak hanya menjadi pengelola bangsa kita hari ini, tetapi juga pengelola masa depannya. Peran kita sangat penting—bukan hanya untuk memastikan ketersediaan pangan dan mata pencaharian masyarakat kita saat ini, tetapi juga untuk menjamin keberlanjutan sumber daya ini bagi generasi mendatang. Kita memikul tanggung jawab untuk melindungi kekayaan alam negara kita sambil memenuhi komitmen global untuk melindungi planet ini," ujar Menteri Da Cruz dalam pidato pembukaannya.
Da Cruz menambahkan, kita menghadapi tantangan besar, tetapi dengan aksi bersama dan solusi inovatif, Coral Triangle dapat terus menjadi mercusuar keanekaragaman hayati, keberlanjutan, dan harapan.
BACA JUGA: Gandeng Pandu Laut Nusantara, Suzuki Indonesia Tanam 10 Ribu Mangrove di Pangandaran
MM-9 menegaskan kembali komitmen kolektif negara-negara anggota CTI-CFF — Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste — terhadap Rencana Aksi Regional 2.0 (RPOA 2.0).
Selaras dengan kerangka kerja global seperti Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (SDGs), Kerangka Keanekaragaman Hayati Kunming-Montreal, dan Perjanjian Paris, negara-negara anggota berjanji untuk meningkatkan upaya konservasi laut, memperkuat pengelolaan perikanan berkelanjutan, meningkatkan ketahanan dan mitigasi iklim, serta mengatasi masalah polusi plastik melalui aksi yang terkoordinasi.
Dalam siaran pers yang diterima, Senin (9/12), diskusi para menteri menyoroti kebutuhan mendesak untuk menangani ancaman eksistensial yang dihadapi kawasan Coral Triangle, termasuk dampak serius dari IUU Fishing yang mengancam keberlanjutan perikanan dan ketahanan pangan global.
Perubahan iklim juga menjadi tantangan serius, dengan naiknya permukaan laut dan cuaca ekstrem yang semakin sering mengancam mata pencaharian lebih dari 130 juta orang di kawasan ini.
Selain itu, para menteri menyerukan aksi segera dan terkoordinasi untuk memerangi polusi plastik yang membahayakan ekosistem dan kesehatan manusia.
Para menteri juga mengapresiasi kemajuan dalam pembentukan Coral Triangle Conservation Fund (CTCF), yang akan menjadi mekanisme pendanaan berkelanjutan untuk pelaksanaan inisiatif konservasi di seluruh kawasan.
BACA JUGA: UIIF Ideathon Nusantara 2024, PTK dan UI Ajak Mahasiswa Berinovasi untuk Masyarakat Pesisir
Pertemuan ini menghasilkan Pernyataan Bersama Menteri yang meresmikan pencapaian selama dua tahun terakhir dan memberikan panduan strategis untuk dua tahun ke depan.
Dokumen ini mencerminkan komitmen kolektif negara-negara anggota untuk menghadapi tantangan regional dan menyelaraskan upaya mereka dengan kerangka kerja global, memastikan pendekatan terpadu dalam konservasi laut, pengelolaan perikanan berkelanjutan, dan ketahanan iklim di Coral Triangle.