Carina Citra Dewi, Peneliti Asal Indonesia di Balik Vaksin AstraZaneca

Carina Citra Dewi, Peneliti Asal Indonesia di Balik Vaksin AstraZaneca

Carina Citra Dewi peneliti asal Indonesia di belakang vaksin Astra Zaneca-Media Indonesia-IG

JurnalisID – Dunia sempat terpukul oleh pandemi covid-19 beberapa tahun kemarin. Salah satu alat melawan pandemi adalah vaksin, dan penelitian vaksin menjadi bidang penting yang dilakukan dunia.

 

Di Oxford University, Inggris, ada nama peneliti asal Indonesia yang turut serta melakukan penelitian vaksin covid-19 bersama AstraZaneca. Dia adalah Carina Citra Dewi Joe. Atas apa yang dilakukannya, Carina mendapatkan penghargaan Young Investigator Award 2022 dari Vaccines.

 

Carina menjelaskan dirinya bergabung dalam salah salah satu grup di Oxford University. “Grup kami menangani bagaimana cara memproduksi vaksin ini dalam jumlah yang massal. Saya yang membuatnya dari awal sampai akhir,” seperti dijelaskannya dalam acara Kick Andy episode Komandan Nyamuk dan Musuh Covid yang tayang di media sosial Instagram MetroTV.

 

Terkait latar belakang pribadinya, seperti dilansir MediaIndonesia.com, Carina terlahir dalam keluarga dengan latar belakang bisnis. Namun apa yang digeluti keluarganya berbeda dengan yang dilakoninya. Carina sejak SMA justru sangat menyukai bidang Biologi, terutama bidang Rekayasa Genetika.

 

Berbekal minat dan kemampuan akademisnya, Carina pada akhirnya dapat menyelesaikan kuliah hanya dalam waktu 3 tahun. Tepatnya Carina lulus kuliah dalam usia 19 tahun. Awal karirnya dimulai, ketika pertama kali Carina direkrut Oxford untuk terlibat pada proses Scale Up Manufacture. Menggarap bidang untuk penelitian vaksin rabies, pada bulan Agustus 2019.

 

Namun, ketika covid-19 merebak, dia mengakui diarahkan untuk mengerjakan penelitian mengenai vaksin covid-19 tersebut. Pada Februari 2020, Carina akhirnya sudah memiliki template untuk pembuatan vaksin AstraZaneca, dan siap untuk lanjut ke tahap uji klinis. Sampai kemudian, hanya dalam kurun waktu 1,5 bulan, dia harus mengerjakan semuanya sendiri.

 

Laboratorium disiapkan untuk benar-benar dikosongkan, agar Carina dapat bekerja dengan fokus dan minim risiko. Tentunya apa yang dilakukan tidaklah selalu berjalan mulus. Beragam rintangan dihadapinya, selama dia mengerjakan proyek luar biasa itu.

 

Setelah mampu melalui berbagai rintangan yang ada, akhirnya dia dapat meningkatkan produktivitas dan efikasi vaksin. Dimana biaya awal vaksin sebesar 1.000 dolar per vaksin, atau setara dengan lebih dari Rp15 juta per vaksin, menjadi kurang dari 20 sen euro atau sekitar Rp330 ribu vaksin. Serta dapat mendorong kenaikan produksi hingga 4.000 liter. Perhitungannya yakni 1 liter dapat menjadi 10 ribu dosis vaksin yang diedarkan ke seluruh dunia.

 

Alhasil, berkat keberhasilannya tadi, Carina asal Indonesia ini tercatat sebagai inventor vaksin AstraZaneca, yang telah memegang salah satu dari total 6 paten yang ada. Yaitu paten untuk Scale Up Manufacture.

Sumber:

Berita Terkait